Air Mata
      aku tak pernah lupa bagai mana wajah bapak yang cemas melihat ku kesakitan, wajahnya yang hampir menua itu terlihat gugup dan sedih, begitu sedih terasa sampai kehati ku yang ikut teriris-iris melihatnya. Semula rasa sakit yang ku alami tak lah membuat ku menagis tapi ketika melihat raut wajah bapak yang cemas tangis ku langsung meledak. Aku tak sanggup melihat wajahnya yang gusar. Dia hanya sebentar melihat ku sampai luka ku mulai diberihkan. Tapi sungguh aku merasa bersalah padanya, apa lagi saat aku melihat setetes air mengalir dari matanya yang hitam itu. Bapak,,, seumur hidup ku,, kau laki-laki yang paling ku kagumi,, kau lah kebanggaan ku.
***
      Tengah hari yang sangat panas, matahari begitu riang gembira membakar kulit ku hingga legam walau pun sebenarnya sudah hitam. Sepeda motor yang ku kendari dengan teman ku tiba-tiba ku belokan hingga berbalik arah. “loh mau keman, kita ga langsung balik?” tanya tias dengan heran “aku mau sewa kaset CD dulu” entah kenap tiba-tiba aku kepikiran untuk menyewa beberapa CD di toko langganan ku. Padahal waktu masih ditempat ku magang aku tidak ada kepikiran untuk itu. Tias hanya menurut saja karna mungkin aku yang punya kendali dengan kendaraan yang kami naiki. Tak jauh kami melaju sampailah kami pada tujuan, didalam kami cukup lama memilih-milih film apa yang enak untuk di tonton. Setelah merasa cukup kami keluar dari toko.
      Motor yang telah ku naiki dengan tias segera ku gas namun terhenti oleh pikiran ku yang bimbang antara mau belok disebelah mana “lewat kiri aja da, biar ga nyebrang-nyebrang” aku berfiki sejenak, entah kenapa aku ga mau menuruti apa kata tias, aku mau belok kesebelah kanan saja, dan kemudian tias mengingatkan ku sekali lagi “lewat kiri aja” namu dengan santai aku membatahnya dengan alasan yang tidak masuk akal “ga ah enakan lewat kanan, mas yang di sebelah sana cakep aku ingin melihatnya” aku tersenyum sendiri mendengar alasan konyol itu. Akhirnya aku gas motor ku ke kanan dan dengan cepat sekali dan tak diduga-duga motor ku terhantam sesuatu dengan keras hingga aku terlempar ke aspal dan terduduk, sesaat aku sadar apa yang telah terjadi. Motor ku di tabrak oleh pengendara motor yang lain, motornya terlempar entah kemana beserta dengan orangnya, aku panik dengan apa yang terjadi pikiran ku kacau tak bisa menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Mata ku mencari-cari keberadaan tias dan akhirnya kepanikan semakin menyerang, kaki tias terimpa motoh hingga ia tak bisa bergerak kemana-mana, aku bangkit mengalahkan kaki ku yang bergetar hebat karna ketakutan, orang-orang yang melihat kami langung mengerubungi tias dan ikut membantu ku mengangkat motor namun saat itu pula ada yang salah pada tangan ku, aku melihat jari ku terkulai dengan cairan merah kental yang tak berhenti keluar, seketika kaki ku lemas, aku tak bisa berfikir apa-apa, tangan ku terasa hangat karna darah yang terus mengalir, hilanglah kekuatan ku untuk membatu tias, aku jatuh terkulai, entah siapa yang menyambut tubuh ku dari belakang, yang ku tau banyak orang yang ribut mengangkat ku kepinggiran jalan dan memberi ku air minum. Aku sadar ketika orang-orang sibuk menelfon orang tua ku untuk memberi tau keadaan ku dan aku juga sadar kalau tias yang ku kawatirkan tadi ternyata dia baik-baik saja, kini giliran dia yang panik karna aku tak berdaya. Orang-orang kemudian mengangkat aku naik keatas mobil pik up terbuka untuk membawa ku kerumah sakit terdekat untuk ditindak lanjuti oleh pihak yang lebih paham.
      Itu adalah kali pertama ku masuk keruang UGD dan aku adalah pasienya. Dulu aku pernah berhayal menjadi pasien dirumah sakit, karna aku fikir orang yang sakit itu enak, segala apa yang ia minta bisa dituruti dan bisa mendapatkan perhatian yang lebih. Tapi sungguh pada saat itu aku berdo’a semoga itu kali pertama dan terakhir aku disini. kala itu aku belum merasakan sakit sedikit pun, dan aku belum mengeluarkan air mata setetes pun yang kurasakan Cuma bingung, panik takut terjadi apa-apa dengan jari ku, tapi aku percaya dengan dokter pasti mereka selalu bisa memperbaiki bagian tubuh manusia yang rusak apalagi Cuma jari.
      Teman-teman ku kini berkumpul mengunjungi ku, entah siapa yang memberi tahu mereka, tapi aku senang ternyata mereka begitu peduli dengan ku, entah ini terlambat atau tiidak aku ucapkan terimakasih kawan-kawan ku dengan kalian aku selalu merasa senang. Orang tua ku belum ada yang sampai kerumah sakit, hingga yang mengantarku keruang rosen adalah teman-temanku, tapi sungguh mereka adalah orang-orang yang sangat ceria, karena didalam ruang ronsen mereka berisik sekali, dan ya Tuhan ada juga yang berfoto ria. Mungkin suster yang merawat ku merasa terganggu akhirnya teman-temanku disuruh keluar.
      Setelah habis dari ruang ronsen aku dibawa kembali ke UGD, untuk membersihkan luka ku, sebelumnya aku melihat bapak ku yang cemas memandangi ku, aku tak tau kenapa aku langsung menangis melihatnya,,, bukan rasa sakit karna luka yang ku alami tapi sungguh hati kulah yang sakit melihat wajah bapak. Ya tuhan sungguh aku adalah anak yang hanya bisa membuat orang tua ku cemas. Aku menangis sejadi-jadinya, bapak menghampiri ku sebentar, dia hanya melihatku masih dengan raut wajah yang cemas, raut wajah yang tak akan pernah ku lupakan dan sungguh aku tak mau melihat raut wajah cemas itu lagi, sungguh aku hanya ingin melihat nya tersenyum ketika melihat ku. Bapak maafkan anak mu ini. mungkin dia tak tahan melihat anaknya menagis dan kesakitan, dia keluar dari ruangan dan hati ku semakin teiris lagi ketika melihat setetes air matanya mengalir dipipinya yang hampir keriput itu. laki-laki yang selama ini ku lihat tegas, tegar dan kuat itu menangis karna melihat anaknya kesakitan. Bapak aku sungguh minta maaf, sungguh minta maaf pada mu.

Yogyakarta, 25 juni 2012
Ferdha Astuti


Categories:

Leave a Reply