CERITA KECIL
Nita berlari kecil saat ibu memanggilnya tak henti-henti. Tadinya ia tak mau bergerak sama sekali namun akhirnya ia tak tahan mendengarkan ibunya terpekik-pekik memanggilnya dengan suara yang hampir habis. “iya bu, sebentar lagi” akhirnya dia sampai dihadapan sang ibu yang bermuka masam karna kesal dengan anak nya “ibu panggil-panggil dari tadi kamu pura-pura ga dengar, ibu Cuma ingin minta tolong kamu buat membeli garam di warung sebelah” hardik ibunya kesal. dengan tampak tak gembira nita juga ikut kesal kemudian menjawab “tapikan nita lagi seru-serunya main bu, lagian tadi nita udah jawab sebentar lagi, ibu aja gak sabaran” gumamnya kesal sembari mengambil uang seribu rupiah dari tangan ibunya. Mendengar anaknya kesal dan balik marah ibunya hanya diam dan membiarkan anaknya pergi dari hadapanya.
Nita telah mendapatkan apa yang dipesan oleh ibunya namun hatinya masih kesal karna permainannya yang seru telah diganggu oleh garam pesanan ibunya. Dia marah karna berfikir seolah ibu suka menyuruh-nyuruhnya seenak hati tanpa memikirkan kesenanganya. Ibu memang selalu begitu, bahkan ketika ia sedang menonton film pavoritnya di TV ibu selalu mengganggunya degan perintah-berintah beli ini lah, beli itulah,, padahal nita juga butuh ketenangan.
Tak sabar untuk melanjutkan permainanya ia segera berlari kencang untuk menghampiri ibunya dengan segala fikiran negatif tentang ibunya tanpa sadar kakinya tersandung pada batu hingga ia terjatuh dan kepalanya terbentur pada sebuah batu kecil yang mengakibatkan kepalanya mengeluarkan cairan merah kental dengan banyak. Ia menangis memanggil ibunya dengan keras. Sang ibu yang mendengar langsung terperangah dan berlari sekuat hati menghampiri anaknya yang bersimbah darah di kepala. “nak kau kenapa?” tanya ibunya panik yang kemudian mengangkat tubuh anaknya yang mungil ke rumah dengan sangat cemas.
Sudah berapa hari nita tak berangkat sekolah, ia masih sakit pasca terbentur kepalanya ke batu tempo hari, ia demam, badanya panas dan ia tak bisa bermain dengan teman-temanya. Ibu selalu menemaninya saat dia mulai rewel minta ini dan itu. Ibu selalu menuruti keinginan anak nya. Semenjak itu nita sadar bahwa pengorbanan ibunya lebih banyak dari pada sekedar ia yang disuruh ibu ke warung untuk membeli kebutuhan ibu. Kini dia sadar bahwa ibu lebih banyak berkorban buat ia bahkan ketika ibu sedang memasak didapur, saat itu nita merengek karna ia haus dan ingin minum, ibu segera meninggalkan masakannya dan mengambilkan minuman untuknya. Nita menangis menyadari itu semua dan akhirnya dia meminta maaf pada ibunya “bu maafin nita ya, karna nita selalu marah kalo ibu butuh bantuan nita”, ibu nya tersenyum sambil berkata “kau anak yang baik karna mau meninggalkan kesenangan mu hanya untuk membantu ibu membeli garam”
Yogyakarta, 25 juni 2012
Ferdha Astuti
Categories: