Kecewa
Sedikit waktu yang kau miliki
luangkanlah
Untuk ku harap secepatnya
datangi aku
Skali ini kumohon pada mu
Ada yang ingin ku sampaikan
Sempatkanlah
Hampa, kesal dan amarah
Sluruhnya ada dibenak ku
Andai seketika, hati yang tak terbalas oleh cinta mu
Ku ingin marah melampiaskan, tapi ku hanyalah sendiri disini
Inin kutunjukan pada siapa saja yamg ada, abahwa hati ku kecewa
Sedetik menunggu mu disini seperti seharian
Berkali kulihat jam ditangan demi membunuh waktu
Tak kulihat berkatan hadir mu yang semakin meyakini ku
Kau tak datang
By: Bunga Citra Lestari

***
      Deretan kursi yang tersusun rapi dengan tapak meja bermotif bunga anggrek terliahat serasi ditemani pot keramik mungil dengan setangkai bunga mawar merah diatasnya menambah suasana yang syahdu disore hari, apalagi tepat dibawah sinar matahari merah jingga ditepi laut, Sungguh suasana yang tepat untuk cinta menyerang siapa pun yang menikmati suasana sore itu.
      Pipinya merona, senyumnya mengembang tak henti, tapi jelas rautan wajahnya terlihat gugub. Ponsel persegi panjang terus digenggamnya erat, sering kali ia meliahat layarnya dengan semangat, berharap ada balasan dari pria yang ditunggunya sedari tadi. Bukankah dia senang dan lega karna semalam berfikir keras untuk menimbulkan keberanian mengutarakan perasaanya pada pria yang telah menjadi idamannya selama ini, semalaman dia tak tidur menerka-nerka apa yang akan terjadi esoknya, bagai mana jawabannya, dan keberanian mengalahkan pertanyaan-pertanyyaan itu hingga akhirnya dia mengirim pesan pada peria di sebrang sana untuk bertemu pada sore hari di tepi pantai tempat dia sering menyendiri disana. Dan inilah dia sekarang duduk manis dengan gaun merah hati senada dengan mawar merah yang ada dihadapnya, sungguh dia berani dan yakin dengan keputusannya.
      Merah jingganya langit perlahan mengilang berubah gelap pekat, untungnya lampu-lampu tempat dia berada kini menyala dengan redup. Hantinya mulai gelisah, fikiran negatif menyerang batinya, menerka-nerka apa yang terjadi dengan pria idamannya itu. “Apakah dia baik baik saja? Apa dia tak bisa datang? Kenapa? Kalau dia tidak bisa datang kenapa tidak membalas pesan ku?” hatinya menciut namun tak putus asa. Waktu semakin berlalu sang pujaan hati tak kunjung menampakan batang hidungnya sekarang.
       jarum jam tangannya sudah menunjukan pukul 21.00, sudah terlalu lama dia menunggu, hingga bedaknya luntur, lipstik merahnya memudar berupah pink, setangkai bunga mawar di atas pot melayu, seolah dia ikut bersedih dengan keadaan perempuan di hadapanya, satu lembar kelopaknya jatuh kemeja dengan lembut seperti hati perempuan itu yang jatuh perlahan karna sekarang ia yakin orang yang di tunggu tak kan datang.
      Bodohnya ia yang berfikiran bisa janjian bertemu dengan pria yang mempunyai banyak penggemar itu, tapi sungguh ia ingin marah, inggin memaki siapa pun tapi sekali lagi siapa lah dia dan apalah gunannya karna dia sendiri, sendiri menahan sedih dan amarahnya.
      Perempuan itu beranjak dari kursinya, melangkah menyusuri pantai sendirian di tengah gelapnya malam dan deburan ombak yang seolah Ikut-ikutan marah karna pengunjungnya di buat kecewa. Langkahnya gontai, kepercayaandirinya memudar, hanya bisu yang terjadi selama berjam-jam dia menunggu, hanya hatinya yang menjerit kecewa sangat kecewa.

Ketika cinta datang, apapun menjadi mungkin,
Sesulit apapun itu akan menjadi mudah
Ketika cinta menghilang hampalah hati ku

End



Yogyakarta, 23 juni 2012
Ferdha Astuti

Categories:

Leave a Reply